+6 Passive Income ala Gue di 2024-2025
Hai gaes! Ini adalah sharing pengalaman dari Yt (The Overpost) yang membagikan langkahnya tentang passive income, langsung saja ceritanya begini, Gue mau sharing nih soal strategi gue buat bangun kekayaan lewat passive income. Jadi, kunci buat jadi kaya itu sebenernya simpel: lo harus gabungin active income dari kerja keras dan skill dengan passive income. Nah, passive income ini bisa gue bagi jadi dua kategori: buat membangun kekayaan dan menjaga kekayaan. Semua orang pasti punya strategi dan toleransi risiko yang beda-beda, tapi gue bakal cerita pengalaman gue, siapa tahu lo bisa ambil inspirasi.
FYI, umur gue sekarang udah 30-an, punya istri dan dua anak,
jadi gue nggak bisa terlalu agresif kayak waktu masih single. Gue suka atur
rasio portofolio (Porto) antara membangun dan menjaga kekayaan. Misalnya, kalau
gue rasa market bakal anjlok, gue pindahin sebagian besar Porto ke yang lebih
aman. Sebaliknya, kalau lagi Bull Run, gue taruh minimal 30% ke investasi
agresif. Nah, gue bakal bahas satu per satu jenis passive income yang gue
jalanin. Let’s go!
1. Digital Bank
Gue invest di digital bank buat muterin duit harian biar
nggak digerogotin inflasi. Bunganya bisa sampai 7,5% per tahun (gross), tapi
nggak ditanggung LPS kalau ada apa-apa. Gue pake bank kayak Neobank atau Cbank.
Contohnya, di Neobank ada deposit flexi, tenornya bisa 1, 3, 6, atau 12 bulan
dengan bunga maksimal 7,5%. Enaknya, lo bisa cairin kapan aja meski bunganya
berkurang. Jangan lupa, bunga ini kena pajak 20%, jadi net-nya sekitar 5-6%.
Kenapa gue sebar di beberapa bank digital? Karena bunga
mereka sering lebih tinggi dari batas LPS, jadi kalau amit-amit bangkrut, duit
lo bisa hilang. Misalnya, LPS cuma cover maksimal Rp2 miliar per nasabah dengan
bunga 4,25%. Walaupun bank digital ini backing-nya perusahaan gede, kayak
Neobank yang didukung Akuaku dan Cbank oleh Shopee, gue lebih memilih aman.
2. Reksadana
Gue fokus di RDPT (Reksadana Pendapatan Tetap) dan RDPU
(Reksadana Pasar Uang). Tujuannya buat simpen dana darurat, uang sekolah anak,
dan duit perusahaan gue. RDPU biasanya kasih return 4,5-5,5%, sedangkan RDPT
6-7%. Return ini udah net, jadi lebih enak.
Gue pakai aplikasi Makmur buat invest reksadana. Menurut
gue, Makmur itu lagi agresif banget promonya. Contoh, di reksadana yang sama,
return di Makmur bisa lebih tinggi dibanding aplikasi lain. Bonus promonya
antara 1-3%, tergantung kondisi.
Selain buat stabilitas, RDPT dan RDPU ini bisa jadi peluru
ofensif di momen tertentu. Misalnya, waktu ada fear di market kayak eskalasi
konflik Israel-Iran, gue pakai dana dari RDPU buat beli aset diskon, kayak
Bitcoin atau saham. Jadi, fungsi RDPT/RDPU ini dua: buat stabilitas dan buat
nyerang kalau ada kesempatan.
3. Bitcoin
Gue mulai masuk Bitcoin dari harga Rp30 juta, jadi floating
profit gue udah gede banget. Berdasarkan sejarah, setelah halving Bitcoin,
potensi cuan lebih dari 100%. Tapi resikonya juga tinggi, apalagi kalau ada
black swan events.
Di 2024, banyak katalis positif buat Bitcoin, kayak ETF
approval, halving, pilpres Amerika, dan potensi suku bunga turun. Aplikasi
utama gue buat beli Bitcoin itu Pintu atau Peluang. Tapi kalau dana lo udah
gede, pelajarin tentang cold wallet buat keamanan.
4. Saham Amerika
Gue juga invest di saham Amerika kayak Google, Amazon,
Microsoft, dan Disney. Gue pilih saham yang diskon gede. Contohnya, Disney
sempat diskon 39% dan Amazon diskon 48%. Return jangka panjang saham Amerika
bisa 15% per tahun, plus penguatan mata uang asing (forex gain).
Buat mayoritas orang, gue saranin invest di ETF kayak SPY
(S&P 500) atau QQQ (Nasdaq 100). SPY ngasih return 7,5-11% per tahun,
sedangkan QQQ lebih fokus ke teknologi dengan return serupa.
5. Properti Sewa
Properti masih jadi andalan buat passive income. Gue punya
beberapa properti yang disewakan, dari rumah tinggal sampai ruko. Kelebihannya,
harga properti cenderung naik, jadi lo dapet double benefit: cash flow dari
sewa dan capital gain. Kekurangannya, properti nggak likuid, jadi lo harus siap
pegang aset ini dalam jangka panjang.
6. Dividen Saham
Gue juga pegang saham-saham yang rutin bagi dividen,
terutama di sektor telekomunikasi dan consumer goods. Dividen ini sifatnya
predictable, jadi bisa buat cash flow tambahan. Contohnya, beberapa saham BUMN
sering kasih dividen yield 5-7% per tahun.
7. Bisnis Online
Terakhir, gue jalanin bisnis online, dari jualan di
marketplace sampai konten digital. Bisnis ini nggak sepenuhnya passive karena
butuh effort di awal, tapi begitu udah jalan, cash flow-nya bisa stabil. Gue
juga pake hasil dari bisnis ini buat diversifikasi ke investasi lain.
Jadi Passive income itu nggak instan, guys. Butuh waktu, effort,
dan disiplin. Kombinasi antara digital bank, reksadana, Bitcoin, saham Amerika,
properti, dividen, dan bisnis online udah gue jalanin beberapa tahun terakhir.
Hasilnya? Lumayan buat nambah stabilitas keuangan keluarga gue.
Semoga cerita gue bisa jadi inspirasi buat lo yang lagi
nyari cara membangun kekayaan sambil tetap enjoy hidup. Jangan lupa
diversifikasi dan pahami risiko sebelum invest. Let’s grow together! Source: