PENDAKIAN KEDUA PART 2-3, Dhot Design Animasi Sekolah

PENDAKIAN KEDUA PART 2 Karya Dhot Design

Pendakian Misteri di Pos Dua

Pendakian gunung selalu menyimpan cerita menarik dari serunya perjalanan hingga momen tak terduga yang bikin bulu kuduk meremang. Malam itu, saat kami bertemu dengan sepasang pendaki di Pos Dua, suasana berubah dari keakraban menjadi teka-teki yang sulit dilupakan.

PENDAKIAN KEDUA PART 2 - Dhot Design Animasi Sekolah


Awalnya, kami hanya saling sapa, berbagi cerita sambil mengisi energi di pos ini. Dua pendaki itu terlihat ramah, dan kami sempat bercanda soal betapa panjangnya jalur pendakian. Tapi, setelah perbincangan singkat, salah satu dari mereka berkata sambil tersenyum:
"Maaf, tapi kayaknya kita belum pernah ketemu, deh."

Kami saling pandang, kebingungan. Bukankah mereka adalah orang yang pernah ngobrol bersama kami beberapa waktu lalu di tempat ini? Bahkan, kami masih ingat saat mereka memesan mi instan di warung kecil di pos ini. Tapi jawaban mereka jelas:
"Enggak pernah ketemu."


Setelah itu, suasana terasa ganjil. Salah satu teman kami, Robi, berusaha menyudahi obrolan. "Mungkin salah orang," katanya pelan, meski sorot matanya menunjukkan keraguan. Kami memutuskan melanjutkan perjalanan, tapi pembicaraan tadi terus terngiang.

Kejadian Aneh di Jalur Pendakian

Di perjalanan, salah satu teman kami, Peot, teringat kejadian aneh yang pernah dialami. "Waktu itu gua lihat seseorang berdiri di bawah pohon besar dekat sini," katanya sambil menunjuk ke arah rimbunan pepohonan.
"Siapa? Pendaki lain?" tanya Topan, penasaran.
Peot menggeleng. "Enggak tahu, tapi rasanya... bukan orang biasa."

Kami terdiam. Perasaan kami semakin tak nyaman saat salah satu pendaki lain yang kebetulan kami temui mengungkapkan sesuatu yang mengejutkan: orang yang kami lihat itu adalah Ucup, seorang pria bisu dengan gangguan jiwa. Menurut cerita warga sekitar, Ucup sering terlihat di Pos Dua, berdiri mematung di lokasi yang sama setiap harinya. Tragisnya, lokasi itu adalah tempat ayahnya dikuburkan.


Kenangan dan Kejutan di Pos Tiga

Saat tiba di Pos Tiga, suasana kembali sedikit cair. Kami bercanda tentang sebuah papan tulisan yang terpasang di pos itu.
"Hati-hati. Jangan berhenti di sini," bunyi tulisannya.
"Ini siapa yang nulis sih? Bikin merinding aja!" seru Robi.
Topan tertawa kecil. "Gua yang nulis, dulu waktu sering naik bareng teman-teman. Biar enggak ada yang ganggu gua tidur siang di sini."

Semua tertawa, tetapi keriangan itu tak berlangsung lama. Tiba-tiba, suara jeritan minta tolong menggema dari kejauhan. Suara seorang perempuan. Kami saling pandang, wajah masing-masing menunjukkan rasa takut.

"Siapa itu?" tanya Peot dengan suara bergetar.
"Kalian dengar juga, kan?" sahut Robi, memastikan bahwa dia tidak berhalusinasi.

Kami mendekatkan diri, mencoba mencari sumber suara. Tapi semakin dekat kami melangkah, semakin samar suara itu terdengar, hingga akhirnya menghilang begitu saja.


Cerita yang Tak Pernah Usai

Pendakian malam itu akhirnya selesai, tetapi rasa penasaran kami tidak pernah terjawab. Siapa sebenarnya dua pendaki yang mengaku tak pernah bertemu kami? Apa yang sebenarnya terjadi pada Ucup, pria bisu yang selalu kembali ke tempat ayahnya dikubur? Dan suara jeritan perempuan malam itu apakah itu pertanda dari sesuatu yang tak kasat mata?


Pendakian Kedua Part 3

Misteri Suara dan Batu di Gunung

Perjalanan mendaki gunung seharusnya menjadi pengalaman menyenangkan. Namun, kali ini, rombongan yang dipimpin Bang Topan dihadapkan dengan sesuatu yang di luar dugaan. Perjalanan mereka dimulai dari Pos 3, di mana mereka mendengar suara perempuan meminta tolong. Suaranya begitu nyata, membuat semua orang berhenti.


"Sub, eh eh, bentar! Itu ada suara! Dengerin deh semuanya," ucap Bang Topan sambil memasang telinga.

Semuanya terdiam, hanya suara Tolong, tolong yang terdengar. Mereka saling menatap dengan bingung. “Itu suara apaan, Bang? Jangan-jangan…,” salah satu dari mereka mencoba menerka.

Bang Topan menggeleng sambil menunjuk ke arah atas pohon, “Itu cuma speaker! Sumber suara dari situ.”

Semua orang terkejut. Ternyata, ada speaker kecil yang menggantung di atas pohon. Suara minta tolong itu berasal dari alat tersebut, seolah sengaja dipasang untuk menakuti pendaki.

"Kalau gitu, siapa yang masang, Bang?" tanya seorang anggota tim.

"Itu dia. Gua juga nggak tahu. Yang jelas, kayaknya sengaja buat bikin orang takut naik ke gunung ini," jawab Bang Topan santai.


Mereka melanjutkan perjalanan, tapi misteri tentang speaker itu terus mengusik pikiran beberapa orang. Di pos berikutnya, mereka melihat sebuah jalur dengan tanda larangan besar.

“Ini jalur yang dulu bikin kita kesasar, ya?” tanya Peot.

"Iya! Tapi dulu kan nggak ada tulisan larangannya. Sekarang jadi jelas," sahut Kona sambil menunjuk papan.

Tanda itu membuat mereka memilih jalur yang lebih aman dan terus melanjutkan perjalanan ke pos 5, tempat tujuan utama mereka. Di sana, mereka berniat mencari batu misterius yang sebelumnya ditemukan oleh Peot.

"Batunya masih ada di tas gua," ujar Peot saat mereka akhirnya tiba.

Namun, saat batu itu dikeluarkan, mereka terkejut. Batu tersebut tampak berbeda dari yang diingat Peot. "Ini bukan batunya, Bang! Serius, ini beda," seru Peot panik.

Mereka mencoba mengingat-ingat, membandingkan dengan foto lama yang sempat diambil di lokasi yang sama. Ternyata, batu yang dibawa Peot bukanlah batu yang sama.

“Gimana ini? Kalau salah bawa, apa efeknya?” Kona bertanya dengan nada khawatir.

"Eh, jangan-jangan ini batunya punya kekuatan aneh lagi?" tambahnya, membuat suasana semakin tegang.


Bang Topan mencoba menenangkan mereka. “Udahlah, nggak usah parno. Nanti kita cari lagi batunya. Kalau nggak ketemu, ya kita bawa balik yang ini aja. Jangan sampai jadi ribet!”

Namun, dalam hati kecil mereka, ada rasa takut yang terus menghantui. Apakah batu yang mereka cari benar-benar hanya batu biasa? Ataukah ada cerita lain di balik suara speaker dan tanda larangan tadi?

Mereka memutuskan untuk menyudahi pendakian dan segera turun. Sesampainya di bawah, Peot dengan nada cemas berkata, "Bang, kalau batu ini dibawa pulang, jangan-jangan bikin masalah!"

Mereka semua terdiam, menatap batu itu dengan tatapan ragu. Mungkin, rahasia gunung itu lebih baik dibiarkan tersembunyi.

BERSAMBUNG... PENDAKIAN KEDUA PART 4

Source : Dhot Design