Contoh Bentuk Interaksi Sosial Asosiatif: Kerja Sama, Akomodasi, atau Asimilasi dalam Proyek Kelompok THE UT Pengantar Sosiologi
Interaksi sosial merupakan bagian penting dalam kehidupan manusia, termasuk di dunia pendidikan. Dalam sosiologi, interaksi sosial asosiatif adalah bentuk interaksi yang bersifat positif dan membangun hubungan harmonis antara individu atau kelompok. Contoh dari interaksi ini meliputi kerja sama, akomodasi, asimilasi, dan akulturasi. Pada artikel ini, saya akan membahas pengalaman pribadi dalam bentuk kerja sama kelompok di lingkungan kampus sebagai salah satu contoh nyata interaksi sosial asosiatif. dalam soal UAS THE pengantar SOSIOLOGI.
Jawaban lain;
Pengalaman Pribadi: Kerja Sama dalam Proyek Kelompok
Sebagai seorang mahasiswa, kerja sama dalam kelompok adalah pengalaman yang tidak asing. Salah satu pengalaman yang paling berkesan terjadi saat saya berada di semester lalu. Saya dan empat teman satu kelas diberikan tugas untuk menyusun makalah bertema “Dampak Teknologi terhadap Komunikasi Antarbudaya”.
Proses ini melibatkan diskusi intensif, baik secara langsung di perpustakaan kampus maupun melalui aplikasi Zoom. Dalam kelompok ini, saya bekerja bersama Ana, Rini, Budi, dan Rama. Meskipun memiliki latar belakang dan cara berpikir yang berbeda, kami memiliki tujuan yang sama: menghasilkan makalah terbaik untuk memenuhi kriteria penilaian dosen.
Tahapan Interaksi Sosial Asosiatif Menurut Joseph Knapp
Menurut Joseph Knapp, interaksi sosial dalam kerja sama melewati beberapa tahapan. Berikut adalah analisis tahapan yang saya alami dalam proyek tersebut:
1. Tahap Orientasi
Pada pertemuan pertama, kelompok kami berkumpul untuk menentukan langkah awal. Kami mulai dengan diskusi ringan untuk memahami topik yang akan diangkat.
Setiap anggota memberikan pandangannya, dan kami berusaha menciptakan suasana yang nyaman. Tahap ini penting untuk mengenal anggota kelompok, membangun kepercayaan, dan menciptakan dasar kerja sama.
Hasil Orientasi:
Menetapkan tujuan kelompok.
Membagi tugas awal secara garis besar.
Membahas sumber referensi seperti jurnal ilmiah dan artikel relevan.
2. Tahap Konflik atau Perbedaan Pendapat
Tahapan ini tidak dapat dihindari dalam setiap bentuk kerja sama. Konflik kecil muncul saat saya dan Budi berbeda pendapat mengenai struktur makalah.
Saya mengusulkan struktur formal yang sesuai pedoman akademik.
Budi ingin menggunakan format lebih fleksibel dengan tambahan ilustrasi visual.
Melalui proses akomodasi, kami berdiskusi untuk mencari jalan tengah. Akhirnya, disepakati untuk tetap menggunakan format formal, namun memasukkan visual di bagian tertentu untuk memperkuat poin-poin utama.
Hasil Konflik:
Konflik terselesaikan tanpa ketegangan. Akomodasi yang dilakukan menunjukkan pentingnya memahami perspektif anggota lain dan mencari solusi terbaik.
3. Tahap Kolaborasi atau Kerja Sama
Tahapan ini menjadi inti dari interaksi sosial asosiatif. Setelah pembagian tugas disepakati, masing-masing anggota bekerja sesuai keahlian mereka:
Ana dan Rini fokus mencari referensi dari jurnal dan buku terkait komunikasi antarbudaya.
Saya dan Budi menyusun kerangka makalah dan menulis isi berdasarkan data yang tersedia.
Rama bertugas memperbaiki tata bahasa dan merapikan format makalah agar sesuai pedoman.
Komunikasi aktif melalui Zoom dan grup WhatsApp memastikan semua anggota saling terhubung dan memahami progres pekerjaan.
Hasil Kolaborasi:
Proses kerja sama yang solid menghasilkan makalah yang terstruktur dengan baik. Diskusi yang produktif juga membuat anggota kelompok saling menghargai kontribusi masing-masing.
4. Tahap Penyelesaian
Tahap terakhir adalah penyelesaian tugas dan presentasi di depan dosen serta mahasiswa lainnya. Pada tahap ini, kelompok kami berhasil menunjukkan hasil kerja keras melalui presentasi yang sistematis.
Kami menggunakan pembagian peran saat presentasi untuk menunjukkan keahlian masing-masing anggota.
Presentasi kami mendapat apresiasi dari dosen atas isi yang komprehensif dan penyampaian yang menarik.
Hasil Penyelesaian:
Kesuksesan ini menjadi bukti bahwa interaksi sosial asosiatif, khususnya kerja sama, dapat mencapai tujuan bersama dengan efektif.
Refleksi: Pentingnya Interaksi Sosial Asosiatif
Pengalaman ini memberikan banyak pelajaran berharga, di antaranya:
Komunikasi adalah Kunci: Kesepakatan hanya bisa dicapai jika setiap anggota kelompok bersedia mendengarkan dan memahami sudut pandang orang lain.
Manajemen Konflik: Konflik dalam kelompok adalah hal yang wajar. Proses akomodasi memungkinkan anggota mencari solusi yang saling menguntungkan.
Kolaborasi Produktif: Membagi tugas sesuai kemampuan anggota akan memaksimalkan efisiensi kerja.
Dalam konteks kerja sama ini, teori Joseph Knapp tentang tahapan interaksi sosial terbukti relevan. Tahapan dari orientasi hingga penyelesaian menggambarkan bagaimana hubungan harmonis dapat tercipta melalui proses yang terstruktur.
Kesimpulan
Interaksi sosial asosiatif dalam bentuk kerja sama merupakan bagian integral dari kehidupan sehari-hari, terutama di lingkungan pendidikan. Pengalaman ini menunjukkan bahwa meskipun ada perbedaan pendapat atau potensi konflik, melalui komunikasi yang baik dan akomodasi, kelompok dapat mencapai tujuan bersama.
Bagi mahasiswa, memahami dinamika interaksi sosial asosiatif bukan hanya membantu dalam menyelesaikan tugas akademik, tetapi juga mempersiapkan mereka untuk bekerja secara profesional di masa depan. Proses kerja sama ini menjadi contoh nyata bagaimana interaksi sosial dapat membangun hubungan positif dan menciptakan hasil yang memuaskan.