2 Twibbon Tolak PPN 12 Persen 2024/2025: Siapa yang Berani?

Tahun 2024 sebentar lagi berakhir, dan seiring dengan pergantian tahun 2025 itu, kita semua bakal dihadapkan pada kabar yang bisa bikin merinding: kebijakan baru terkait Pajak Pertambahan Nilai (PPN) yang kabarnya bakal naik jadi 12 persen mulai tahun 2024. Bagi sebagian orang, ini adalah isu yang bikin kepala pusing, kantong bolong, dan rasanya semua yang kita beli bakal terasa lebih mahal. Siapa berani pasang Twibbon?

2 Twibbon Tolak PPN 12 Persen 2024/2025: Siapa yang Berani?

 


Jadi, gimana sih reaksi masyarakat terhadap kebijakan ini? Nah, ada dua Twibbon (bingkai foto digital) yang lagi viral di media sosial, yang berisi pesan *Tolak PPN 12 Persen 2024/2025* yang jelas-jelas menunjukkan bahwa banyak orang nggak setuju dengan rencana pemerintah untuk menaikkan tarif pajak tersebut.


**Tolak PPN 12 Persen: Kenapa Siap-Siap Bikin Panas?**


Sebelum kita ngobrol lebih jauh soal Twibbon-Twibbon yang lagi ramai itu, yuk kita pahami dulu kenapa kebijakan PPN 12 persen ini bikin geger. Pajak Pertambahan Nilai (PPN) adalah pajak yang dikenakan pada barang dan jasa yang kita beli. Kalau dulu PPN di Indonesia berada di angka 10 persen, maka kenaikan jadi 12 persen tentu bakal menambah beban pengeluaran masyarakat. Bayangin aja, beli barang dengan harga Rp100.000, setelah kena PPN 12 persen, harga barang itu jadi Rp112.000. Cukup bikin ngelus dada kan?


Masyarakat yang sudah tertekan dengan biaya hidup yang makin tinggi tentu merasa kebijakan ini nggak masuk akal. Banyak yang merasa pemerintah terlalu memaksakan kebijakan ini di saat ekonomi sedang tidak stabil. Sebab, kita nggak bisa pungkiri kalau harga barang dan jasa udah naik terus, dan kenaikan PPN ini jelas berpotensi memperburuk keadaan. Rakyat kecil yang harus berjuang dengan penghasilan pas-pasan bakal makin kesulitan.


**Twibbon: Suara Protes Anak Muda**


Nah, di tengah ketidakpastian ini, muncul dua Twibbon yang jadi simbol protes. Twibbon-Twibbon ini nggak cuma sebagai bingkai foto biasa, tapi juga jadi media untuk menyuarakan ketidaksetujuan terhadap kenaikan tarif PPN 12 persen. Dua Twibbon ini muncul dengan tema yang cukup simpel, tapi punya pesan yang dalam. Satu Twibbon dengan tulisan *Tolak PPN 12 Persen* dengan desain yang cukup berani, sedangkan yang satu lagi memuat seruan *Siapa yang Berani?* yang seolah mengajak semua orang untuk berdiri bersama melawan kebijakan ini.


**Twibbon: Gaya Baru dalam Berpartisipasi Politik**


Sebelum kita lebih jauh mengulas tentang Twibbon-Twibbon ini, ada baiknya kita bahas sedikit soal fenomena penggunaan Twibbon dalam dunia politik dan sosial. Twibbon, yang sering digunakan di media sosial sebagai cara untuk mendukung atau menentang sesuatu, sebenarnya sudah lama jadi tren di kalangan netizen Indonesia. Fenomena ini menjadi salah satu cara yang paling mudah dan efektif untuk mengekspresikan opini tanpa harus keluar rumah atau mengikuti demonstrasi. 


Bagi anak muda, apalagi Generasi Z yang sudah mahir dengan teknologi, Twibbon jadi alat untuk menyebarkan suara mereka dalam berbagai isu. Mulai dari isu politik, sosial, hingga kebijakan pemerintah yang dianggap tidak adil. Dengan sekali klik, gambar atau foto profil di media sosial langsung berubah jadi simbol dukungan atau penolakan terhadap suatu hal. Di sinilah, Twibbon menjadi senjata digital yang efektif.


**Generasi Z dan Partisipasi Politik di Era Digital**


Bicara soal partisipasi politik, Generasi Z memang nggak bisa dianggap remeh. Walaupun banyak yang bilang anak muda nggak peduli sama politik, kenyataannya, banyak dari mereka yang aktif dalam berbagai isu, salah satunya lewat media sosial. Dalam buku *No Easy Choice* karya Joan Nelson, disebutkan bahwa partisipasi politik Generasi Z bisa beragam, mulai dari yang bersifat langsung seperti demonstrasi, sampai yang lebih “santai” seperti membuat Twibbon atau membagikan postingan di media sosial.


Kehadiran Twibbon yang menentang PPN 12 persen ini juga menjadi contoh nyata bahwa Generasi Z nggak segan-segan untuk menunjukkan ketidaksetujuan mereka terhadap kebijakan pemerintah yang dirasa merugikan. Mungkin mereka nggak turun ke jalan-jalan, tapi mereka pasti bikin keributan di media sosial, apalagi kalau ada yang menyangkut langsung dengan kehidupan sehari-hari mereka.


**Tantangan untuk Pemerintah**


Pemerintah tentu punya alasan kenapa PPN harus dinaikkan. Salah satu alasan utama adalah untuk meningkatkan pendapatan negara yang bisa digunakan untuk pembangunan dan program sosial lainnya. Namun, kenaikan tarif pajak ini harus diimbangi dengan kebijakan yang memperhatikan daya beli masyarakat. Kalau tidak, bisa jadi kebijakan ini malah kontraproduktif dan memicu lebih banyak ketidakpuasan.


Di sisi lain, meskipun pemerintah sudah mencoba memberikan penjelasan terkait pentingnya kebijakan ini untuk pembangunan jangka panjang, masyarakat tetap punya hak untuk mengkritik dan menolak kebijakan yang dirasa tidak berpihak pada mereka. Dan Twibbon-Twibbon ini, meskipun terlihat sederhana, bisa menjadi alat yang kuat untuk mengekspresikan penolakan tersebut.


**Twibbon: Bentuk Protes yang “Ngehits” di Media Sosial**


Kembali ke Twibbon, salah satu alasan kenapa Twibbon ini cepat menyebar dan banyak dipakai oleh netizen adalah karena mereka memberikan kesempatan bagi orang untuk bergabung dalam gerakan sosial tanpa harus keluar rumah atau terlibat dalam aksi demonstrasi. Cukup dengan menambahkan Twibbon ke foto profil di media sosial seperti Instagram, Twitter, atau Facebook, seseorang sudah bisa ikut dalam gerakan tersebut.


Selain itu, Twibbon juga lebih “ngehits” di kalangan anak muda. Dalam dunia media sosial yang serba cepat dan penuh dengan tren, menggunakan Twibbon adalah cara mudah untuk menunjukkan eksistensi dan kepedulian terhadap isu terkini. Jadi, bukan hanya soal menentang PPN 12 persen, tapi juga soal menunjukkan solidaritas dengan sesama netizen yang punya pandangan serupa.


**Aksi Virtual yang Punya Dampak Nyata**


Meskipun Twibbon mungkin terlihat sepele, aksi-aksi virtual semacam ini sebenarnya bisa punya dampak yang cukup besar. Kampanye-kampanye online bisa menggerakkan banyak orang untuk menyuarakan pendapat mereka dan mempengaruhi opini publik. Dalam banyak kasus, suara-suara yang muncul dari dunia maya bisa memaksa pemerintah untuk mempertimbangkan kembali kebijakan yang kontroversial.


Lihat saja bagaimana gerakan-gerakan di dunia maya seperti #SaveKPK, #JokowiMintaMaaf, atau #TolakRUUKKI bisa mengundang perhatian besar dari publik dan bahkan mempengaruhi kebijakan pemerintah. Begitu juga dengan Twibbon-Twibbon ini, yang meskipun sederhana, bisa menjadi simbol perlawanan yang efektif di dunia digital.


**Kesimpulan: Siapa yang Berani?**

Link Twibbon mau buat caranya copypaste link ini:

https://twibbo.nz/pajakmencekik


Jadi, siapa yang berani? Siapa yang siap melawan kebijakan yang menurut banyak orang hanya akan memberatkan kehidupan mereka? Twibbon *Tolak PPN 12 Persen 2024/2025* dan *Siapa yang Berani?* ini mungkin hanyalah awal dari gerakan digital yang lebih besar lagi. Apa yang dimulai dengan sebuah gambar atau bingkai foto bisa berkembang menjadi sebuah protes yang melibatkan lebih banyak orang, baik secara langsung di dunia maya maupun dalam aksi nyata di lapangan.


Satu hal yang pasti, meskipun kebijakan pemerintah bisa kontroversial, Twibbon ini adalah salah satu cara anak muda untuk menunjukkan bahwa mereka peduli dan siap bersuara. Dalam dunia yang serba digital ini, siapa yang berani menentang PPN 12 persen? Jawabannya mungkin ada pada setiap netizen yang berani berdiri dan mengungkapkan pendapat mereka, lewat cara yang paling kekinian: Twibbon.