2 TWIBBON Pajak PPN 12 Persen Mulai 1 Januari 2025: Setuju atau Menolak?
Mulai 1 Januari 2025, pemerintah resmi menaikkan tarif Pajak Pertambahan Nilai (PPN) menjadi 12 persen. Kenaikan ini jelas bikin pro-kontra di masyarakat. Ada yang ngedukung demi kemajuan negara, tapi ada juga yang protes karena dianggap bakal nambah beban hidup. Nah, biar makin paham, yuk kita bahas apa sih dampaknya, siapa aja yang kena, dan gimana masyarakat bisa siap-siap!
Kenapa PPN Naik Jadi 12 Persen?
PPN ini salah satu tulang punggung penerimaan negara. Dengan naiknya PPN dari sebelumnya 10% ke 12%, pemerintah berharap bisa nambah pemasukan buat pembangunan, pendidikan, infrastruktur, dan kesehatan. Secara teori, duit pajak ini dipakai buat bikin Indonesia lebih maju. Tapi ya, namanya pajak, pasti efeknya kerasa langsung ke dompet masyarakat.
Kenaikan ini berlaku buat sebagian besar barang dan jasa yang kita konsumsi sehari-hari. Tapi tenang, barang kebutuhan pokok kayak beras, daging, telur, jasa pendidikan, kesehatan, dan angkutan umum masih dikecualikan alias nggak kena PPN.
Barang dan Jasa yang Bakal Kena PPN 12 Persen
PPN ini hampir nyentuh semua transaksi, dari:
Penjualan barang: Barang elektronik, pakaian, kosmetik, gadget, sampai furnitur.
Jasa: Kayak jasa salon, hiburan, layanan streaming, sampai jasa konsultan.
Impor: Barang dari luar negeri otomatis kena juga.
Yang masih bebas PPN itu barang pokok kayak beras, jagung, daging, dan telur, juga jasa penting kayak pendidikan, kesehatan, dan transportasi umum. Jadi kalau belanja di pasar buat kebutuhan harian, nggak bakal terlalu berasa. Tapi kalau beli barang mewah? Siap-siap keluar duit ekstra.
Pro: Kenapa Kenaikan PPN Bisa Diterima?
Buat yang setuju sama kenaikan ini, alasannya simpel: pembangunan butuh dana. Dengan tarif PPN baru, pemerintah punya peluang gede buat nambah kas negara. Duitnya bisa dipakai buat:
Infrastruktur: Bikin jalan, jembatan, bandara.
Pendidikan: Subsidi sekolah gratis, bangun universitas.
Kesehatan: Perluasan BPJS, bangun rumah sakit daerah.
Selain itu, tarif 12 persen ini sebenarnya standar internasional. Banyak negara lain malah punya tarif lebih tinggi, kayak:
Inggris: 20%
Jerman: 19%
Thailand: 7%
Jadi, kalau dibandingkan, Indonesia masih relatif ringan.
Kontra: Kenapa Banyak yang Nolak?
Di sisi lain, ada juga yang nggak setuju. Alasannya karena kenaikan PPN ini bakal bikin biaya hidup naik, terutama buat masyarakat menengah ke bawah. Beberapa dampak negatif yang dikhawatirkan:
Inflasi: Harga barang naik, daya beli masyarakat turun.
Pengeluaran Lebih Besar: Barang-barang non-pokok yang tadinya terjangkau jadi makin mahal.
Bisnis Kecil Tertekan: UMKM yang harus ikut naikin harga bakal kehilangan pembeli.
“Gimana nih, mau beli gadget aja mikir dua kali! Belum lagi kalau mau makan di luar, udah pasti tambah mahal. Berat sih!” curhat salah satu netizen.
Siap-Siap Hadapi PPN 12 Persen!
Buat yang masih bingung gimana cara ngadepin kenaikan ini, coba deh ikuti tips berikut:
Beli Barang Kebutuhan Pokok: Fokus ke barang-barang yang nggak kena pajak.
Kurangi Konsumsi Barang Mewah: Gadget baru, fashion branded, atau hobi mahal bisa ditunda dulu.
Manfaatkan Promo: Banyak e-commerce bakal kasih diskon buat nutup selisih pajak.
Selain itu, pelaku usaha juga perlu menyesuaikan harga dengan cermat biar nggak kehilangan pelanggan.
Twibbon PPN 12 Persen: Wujud Suara Masyarakat
Buat kalian yang mau mendukung atau menyuarakan pendapat soal PPN ini, nggak ada salahnya pake Twibbon PPN 12 Persen. Dengan Twibbon ini, kalian bisa menyuarakan posisi: “Dukung PPN untuk Indonesia Maju” atau “PPN 12 Persen, Beban Hidup Naik!”
Cara buat bikin Twibbon ini gampang banget:
Kunjungi situs penyedia Twibbon kayak Cikupa.id.
Pilih desain Twibbon “PPN 12 Persen”.
Upload foto kalian.
Share ke media sosial biar semua tahu pendapat kalian!
Link Twibbon Mau buat caranya copypaste link ini:
https://twibbo.nz/pajakmencekik
Mau setuju atau nggak, kenaikan PPN 12 persen ini bakal berlaku mulai Januari 2025. Yang penting, kita tetap kritis, tapi juga realistis. Kalau memang pajak ini dipakai buat pembangunan yang adil, kenapa nggak? Tapi kalau malah jadi beban, suara kita sebagai masyarakat juga perlu didengar. Jadi, kamu tim mana nih? Setuju atau menolak?